
Suatu kondisi yang menjadi tantangan bagi sumberdaya manusia Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar (241 juta jiwa) atau urutan ke 4 di dunia pada rahun 2011. Namun penyebaran penduduk tidak merata dan mayoritas terkonsentrasi di pulau Jawa (58 %). Yang mengejutkan adalah usia produktif yang tinggi (70%) namun kualitas produktivitasnya relatif rendah. Dalam sektor pendidikan apalagi, pemerataan pelayanan pendidikan belum terpenuhi akibat keterbatasan yang dimiliki negeri ini.

Lalu pendidikan yang bagaimana yang kita impikan di masa depan? Pendidikan impian masa depan adalah pendidikan yang mengutamakan proses pembelajaran. Proses yangt berkualitas akan mengantarkan pendidikan kepada hasil yang berkualitas. Guru yang bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan pembelajaran ini diharapkan tidak hanya sibuk memikirkan dan mengurus kenaikan pangkat, mengurus administrasi pencairan tunjangan sertifikasi. Sebaliknya, guru yang diimpikan adalah guru yang banyak menyediakan waktunya untuk memikirkan peserta didik dan proses pembelajaran di kelas. Guru profesional yang diimpikan tidak hanya guru yang pintar mendisain perangkat pembelajaran namun berkompeten melaksanakan disainnya tersebut di ruang kelas. Disain pembelajaran yang telah dibuat guru merupakan pertanggung jawaban ilmiah dari lencana profesional yang disandangnya. Tidak lucu kalau guru profesional kelabakan dalam melaksanakan hasil disain pembelajarannya tersebut di ruang kelas.
Kepala sekolah impian masa depan adalah seorang figur pimpinan memiliki simpati dan empati yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya. Pimpinan yang menguasai persoalan pendidikan yang sedang dihadapi, tauladan bagi guru, bukan kepala sekolah yang banyak duduk di ruang kepala sekolah, atau sering mondar-mandir meninggalkan sekolah dengan alasan urusan dinas luar. Atau hanya latah mengucapkan; kata bapak kepala dinas, kata bapak bupati/walikota, untuk menakut-nakuti guru.
Peserta didik impian masa depan adalah perseta didik yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan berkepribadian yang baik. Bukan peserta didik yang suka tawuran, suka menyusahkan orang tua dan masyarakat sekitarnya. Sebaliknya suka berdiskusi, menyenangkan orang tua dan lingkungan sekitarnya. Sebab, sepuluh atau duapuluh tahun berikutnya mereka ini akan menjadi pemimpin yang menggantikan pimpinan yang sekarang ini.
Pendidikan impian masa depan adalah pendidikan yang independen, terlepas dari kepentingan politik sesaat. Pendidikan tidak dijadikan sebagai jargon politik melainkan dijadikan sebagai sugestif dan semangat untuk memajukan pendidikan di negeri tercinta ini.
Pendidikan impian masa depan adalah pendidikan yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana belajar yang memadai. Proses belajar sulit terlaksana dengan baik tanpa ditunjang sarana dan prasarana belajar yang memadai. Tidak terdengar lagi jawaban, dana kurang mencukupi, anggaran belum ada, dan segala macam alasan lainnya.
Memang, mewujudkan impian-impian pendidikan masa depan tersebut tidaklah semudah membalik telapak tangan. Tidaklah cukup dalam waktu yang singkat melainkian butuh proses, begitu kata orang bijak. Allahuiallambissowaab…*