...:::SDN 1 CIHAMPELAS MENINGKATKAN KEPROFESIONALAN SATUAN PENDIDIKAN SD BERDASARKAN STANDAR NASIONAL DAN MAMPU MENGHASILKAN LULUSAN BERTARAF NASIONAL :::...

Situs ini merupakan sebuah wadah untuk para Pendidik, Murid,Alumni dari SD Negeri 1 Cihampelas, serta semua yang berpartisipasi didalamnya.
Sekolah Dasar ini terletak di Jalan Raya Cihampelas No 29 Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat Kode Pos-40562.
Mari kita manfaatkan Situs ini untuk tujuan positif agar bermanfaat bagi kita semua sehingga dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas pendidikan di negeri kita tercinta, Indonesia.




KELUARGA SDN 1 CIHAMPELAS

Sabtu, 18 Februari 2012

LAPORAN CALISTUNG DAN OSN CIHAMPELAS

LAPORAN KETUA PELAKSANA

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Yang terhormat Ibu Kepala Disdikpora Kabupaten Bandung Barat, Kepala UPTD Pendidikan TK/SD dan PNF Kec. Cihampelas, bapak-bapak Pembina, tamu undangan serta hadirin hadirot yang berbahagia.
Ijinkan kami pada kesempatan ini menyampaikan laporan kegiatan Lomba Calistung dan OSN IPA, Matematika yaitu sebagai berikut :
1. Latar belakang   :
Kegiatan ini dilatarbelakangi oleh asumsi bahwa kemampuan membaca, menulis dan berhitung dalam flatform pencapaian domain kognitif, afektif dan psikomotor peserta didik SD adalah merupakan pondasi pengembangan peserta didik yang harus dibina sejak kecil.

2. Dasar                   :
Kegiatan ini didasari oleh UU No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, PP No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dst.

3. Tujuan                     :
Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dengan tema “ MELALUI LOMBA CALISTUNG & OSN KITA TINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN CIHAMPELAS”.

4. Peserta kegiatan       :
Kegiatan ini diikuti oleh 135 siswa kelas 1, 2, dan 3 untuk lomba Calistung dan 90 siswa kelas 5 untuk lomba OSN MIPA dari 45 Sekolah Dasar yang ada di Kecamatan Cihampelas. Atau dalam hal ini seluruh SD dapat mengikuti kegiatan ini.

5. Kepanitiaan dan Juri :
Diambil dari unsur guru kelas I, II, III dan V di Kecamatan Cihampelas yakni sebanyak 60 orang.

6. Pembiayaan        :
Kegiatan ini dibiayai dari dana BOS seluruh sekolah di Kec.Cihampelas.

Demikian laporan ini kami sampaikan agar dapat diketahui bersama, dan kepada yang terhormat Ibu Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bandung Barat dimohon untuk membuka kegiatan ini.
Terimakasih, Assalamualaikum Wr.Wb.

Minggu, 05 Februari 2012

13 Macam Penyakit Guru

Short message service (SMS) jelas merupakan sarana efektif bagi masyarakat untuk berkomunikasi. Segala jenis informasi bisa disebar hanya dalam hitungan menit, bahkan detik. Selain sebagai sumber berita, SMS juga dapat menjadi sumber belajar dan bahkan dari perspektif negatif, layanan ini juga dapat memberikan pengaruh dan citra buruk bagi sebuah tatanan, baik secara individu maupun kelompok. Beberapa berita atau isu soal gempa di Jakarta, ancaman terorisme, hingga bocornya soal-soal ujian nasional adalah di antara beberapa contoh betapa efektifnya penggunaan SMS.

Di kota-kota di Indonesia, merebak SMS dari satu guru ke guru lainnya tentang adanya “penyakit” di kalangan para pendekar pendidikan. Bunyi SMS ini memang terasa lucu dan sedikit mengada-ada, tapi dari segi substansi tampaknya kita tak bisa menganggap remeh isu penyakit guru ini. Gejala penyakit ini bahkan menjadi bahan diskusi yang cukup serius di lingkungan para guru, sambil di antaranya mereka mencoba mencocokkan jenis penyakit mana yang sudah ada dalam diri mereka masing-masing.

Inilah bunyi 13 penyakit guru versi SMS itu, yang jika penyakit itu diklasifikasi menjadi tiga jenis keterampilan (skill), yaitu kemampuan personal (kepribadian), metodologis, dan teknis. Pada aspek kemampuan kepribadian guru, penyakit yang disinyalir ada meliputi THT (tukang hitung transport), hipertensi (hiruk persoalkan tentang sertifikasi), kudis (kurang disiplin), dan asma (asal masuk). Banyak sekali dijumpai guru yang selalu berhitung soal pembagian transport dari dana BOS, kecurangan dalam hal proses sertififikasi, kurang disiplin dan masuk sembarangan hanya sekadar memenuhi absensi. Gejala ini sangat umum terjadi di lingkungan guru dan sekolah kita.

Diklasifikasi kedua, yaitu soal aspek metodologis, disinyalir guru bahkan memiliki lebih banyak penyakit. Jenis-jenis penyakitnya, antara lain salesma (sangat lemah sekali membaca), asam urat (asal mengajar, kurang akurat), kusta (kurang strategi), kurap (kurang persiapan), stroke (suka terlambat, rupanya kebiasaan), keram (kurang terampil), serta mual (mutu amat lemah). Aspek metodologis ini memang sangat terkait erat dengan faktor courage dan kesadaran untuk berkembang yang seharusnya dimiliki oleh seorang guru.

Sedangkan diklasifikasi ketiga yang menyangkut aspek keterampilan, penyakit guru disinyalir adalah TBC (tidak bisa computer) dan gaptek (gagap teknologi). Kita memang tak cukup punya bukti statistik, seberapa banyak sebenarnya jumlah guru yang sampai saat ini belum bisa dan mengerti soal komputer dan makna penting teknologi sebagai bagian dari pengembangan bahan ajar di kelas.

Merebaknya jenis-jenis penyakit di atas, meskipun disampaikan dengan cara dan tujuan untuk melucu, jelas memberi kita gambaran kondisi dan suasana batin para guru kita saat ini. Jika penyakit-penyakit tersebut memang benar adanya, kesalahan pertama harus kita tempakan kepada otoritas pendidikan kita yang salah dalam merumuskan kebijakan soal pengembangan kapasitas profesional guru. Guru seakan lupa pada rumusan dan definisi tentang pendidikan yang tertera dengan amat gamblang di dalam undang-undang sistem pendidikan nasional kita, yaitu sebagai sebuah “….usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

Kata “mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran” jelas merujuk dan menuntut para guru untuk kreatif dalam mengembangkan kerangka berpikir dan bahan ajar di sekolah. Karena itu sangat boleh jadi munculnya gejala penyakit seperti disinyalir di atas relevan dengan sistem pendidikan yang membelenggu akal untuk kreatif, terutama bentukan hierarki kurikulum yang rigid dan berorientasi semata pada dunia kerja.

Seorang pengembang masalah kreativitas di dunia pendidikan, Ken Robinson, mengatakan hampir dapat dipastikan seluruh sistem pendidikan di dunia menempatkan Matematika, Fisika, Kimia, dan Biologi (Sains) sebagai acuan utama tingkat keunggulan sebuah sekolah. Semakin banyak anak yang memiliki kemampuan Matematika dan Sains, semakin prestisiuslah sekolah tersebut. Sebab itu, bidang studi ini memperoleh jam yang begitu tinggi di sekolah, termasuk di antaranya di Indonesia.

Sekolah kita tak memiliki laboratorium seni dan musik yang cukup, juga perpustakaan yang mengoleksi buku-buku sastra yang memadai untuk menumbuhkan kreativitas anak untuk bergerak. Seluruh sekolah kita lebih banyak mengajarkan Matematika dan Sains yang hanya mengandalkan otak dan pikiran, tetapi tak memberi porsi yang cukup kepada anggota tubuh yang lain, seperti badan, tangan, dan kaki untuk bergerak. Berapa jam anak kita mengikuti pelajaran tari dan olahraga di sekolah dalam satu minggu, dan lebih banyak mana ketika anak-anak kita belajar Matematika dan IPA?

Kritik Ken Robinson sangat masuk akal sehingga dia mengatakan kebanyakan guru di sekolah saat ini menganggap bahwa badan, tangan, dan kaki mereka hanya sebagai alat transportasi kepala mereka yang penuh rumus dan terkadang membingungkan. Efek seperti ini dapat menjadikan seseorang mati rasa, antisosial, dan menjadi sangat arogan cara berpikir dan bertindaknya. Dalam rumus tak ditoleransi kesalahan. Padahal sebuah kesalahan, dalam teori belajar, merupakan awal dari sebuah kreativitas besar. 
(Sumber: Lampung Post,).

INFO TERBARU

AYO DAFTARKAN SEGERA : PENERIMAAN SISWA BARU SDN 1 CIHAMPELAS TAHUN PELAJARAN 2010/2011 DIMULAI PADA BULAN JUNI 2010....... TERIMAKASIH ATAS KEPERCAYAANNYA......

Guru dan Tenaga Pendidik

Foto-foto Kegiatan

PP IPTEK & TEATR IMAK 4 D